
PT Oregon Water
Green Water Treatment for the future

Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah, pada awalnya untuk menghindari terjadinya pencemaran air pada saluran pembuangan air limbah kota yang menuju ke sungai, sehingga tidak terjadi pencemaran pada air sungai yang dapat membunuh biota-biota yang ada di sungai tersebut.
Kementerian Negara Lingkungan Hidap telah mengeluarkan Peraturan Menteri Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Bangunan Gedung, Untuk mencapai tujuan ini ada diperlukan perangkat dalam bentuk “Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dengan instalasi ini diharapkan, lumpur yang keluar dari limbah domestik tidak dibuang ke sungai atau saluran limbah kota, tetapi dipisahkan di dalam IPAL untuk selanjutnya secara berkala diambil oleh mobil tangki tinja.
Proses IPAL yang konvensional seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Primary Clarifier dapat disumsikan sebagai proses anaerobik, dimana selain sebagai penampungan air limbah yang fluktusinya tidak menentu, juga secara tidak langsung mengendapkan lumpur yang terkandung pada supernatan (capuran limbah lumpue dan cairan). Selanjutnya air limbah tersebut dialirkan ke tangki aerasi, untuk selanjutnya diberi oksigen, untuk menurunkan nilai BOD dan sekaligus pula memberikan pengaruh pada penghancuran lumpur-lumpur yang ada dalam larutan teresebut, dan akhirnya dari tangi aerasi air limbah tersebut, disalurkan ke Secindary Clarifier, untuk selanjutnya setelah memenuhi syarat di buang ke saluran pembuangan air kota.
Beberapa kelemahan dari sistem IPAL konvensional ini adalah :
1. Membutuhkan ruangan yang besar;
2. Pada saat aliran menuju tangki kurang dari seharusnya, kemungkinan tangki aerasi bekerja tidak normal.
Untuk mengatasi kelemahan sistem ini (Sistem Lumpur Aktif), di buat beberapa konstruksi yang dimaksudkan untuk mengurangi ukuran IPAL, sekaligus mengurangi pengaruh aliran limbah terhadap kebutuhan oksigen. Dari beberapa sistem yang diajukan, banyak yang bersifat empiris, sehingga sulit bagi kita untuk menjamin kualitas air limbahnya, terutama karena sistem yang berbasis empiris ini sulit diturunkan dalam bentuk formulasi. Dari beberapa sistem tersebut, baru sistem “RBC” yang mengeluarkan cara perhitungannya dan dituangkan dalam referensi buku : Mark J Hammer, Water and Wastewater technology,
Dari uraiannya, sistem tersebut digambarkan seperti terlihat pada gambar 2
